Seorang pendidik perlu memahami situasi, kondisi dan karakter masyarakat untuk
mengenal lebih dekat karakter peserta didik yang dihadapi. Dengan begitu ia
bisa menentukan langkah-langkah strategis yang tepat dalam proses pembelajaran.
Ilmu yang mengkaji masyarakat dengan pendekatan empirik disebut oleh Emile
Durkheim dengan “sosiologi”.
Sosiologi pertama kali diperkenalkan oleh August Comte (1798-1857), seorang filosof dari Perancis. Ia mengatakan ada tiga tingkatan intelektual yang dilalui oleh masyarakat, ilmu pengetahuan, individu atau pemikiran masyarakat di dunia, yaitu:
1.
Tahap teologis:
menjelaskan bahwa dunia sosial dan alam fisik dipandang sebagai ciptaan Tuhan
atau dewa-dewa.
2. Tahap
metafisik, menjelaskan bahwa dunia tidak lagi dipandang sebagai ciptaan Tuhan,
tetapi digerakkan oleh kekuatan abstrak
3. Tahap
positivistik yang ditandai oleh keyakinan terhadap sains/ilmu pengetahuan.
Para ahli sosiologi memaknai sosiologi dengan berbagai pengertian. Secara
sederhana, Max Weber mengartikan sosiologi sebagai ilmu yang
mempelajari tindakan sosial atau perilaku manusia.
Lebih jelas lagi, Selo
Soemarjan dan Soeleman Soemardi mengatakan bahwa sosiologi ialah ilmu yang mempelajari struktur
sosial dan proses sosial dalam masyarakat, termasuk perubahan sosial.
Struktur sosial adalah jalinan keseluruhan antar unsur-sosial
yang pokok, yaitu norma sosial, lembaga sosial, kelompok dan lapisan sosial.
Lebih detil lagi, Hassan Shadily mengatakan sosiologi ialah ilmu masyarakat atau ilmu
kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau bagian
dari masyarakatnya, dengan tetap berpegang teguh pada ikatan-ikatan adat,
kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah laku serta keseniannya atau yang
disebut kebudayaan yang meliputi segala segi kehidupannya.
Sementara itu, Pitirim
Sorokin menunjukkan pengertian sosiologi yang memperlihatkan keterkaitannya
dengan ruang lingkup yang dipelajari pada ilmu-ilmu lain. Sosiologi disebut
sebagai ilmu
yang mempelajari:
a.
hubungan dan
pengaruh timbal balik antara beragram gejala sosial. Misalnya, antara gejala
ekonomi dengan agama; keluarga dan moral, hukum dan ekonomi, gerak masyarakat
dan politik dan sebagainya.
b. hubungan
dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial.
Misalnya, gejala geografis, biologis dan sebagainya
c. ciri
umum semua jenis gejala sosial lain
Lalu, bagaimana keterkaitan sosiologi dengan pendidikan? Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, semakin terasa ada karakateristik
khusus sosiologi dalam dunia pendidikan. Sudardja Adiwikarta mengatakan antara
sosiologi pendidikan dengan ilmu sosiologi dan ilmu pendidikan terdapat
hubungan yang saling memerlukan dan saling memperkuat. Tantangan dunia
pendidikan dalam ranah praksis perlu ditangani dengan tindakan yang membutuhkan dukungan teori, sedangkan teori juga memerlukan pembuktian dalam ranah
praksis di lapangan.
Sehingga menurut
Sudardja Adiwikarta, sosiologi pendidikan ialah analisis
sosiologis tentang praksis pendidikan atau penerapan teori sosiologi dalam
menganalisis praksis pendidikan. Sosiologi
Pendidikan merupakan pertemuan cabang ilmu Sosiologi dan ilmu Pendidikan.
Pentingnya memahami
sosiologi dalam dunia pendidikan ini pun dirasakan dalam dunia pendidikan
Islam. Ilmu ini perlu dipelajari sebagai bekal untuk mengelola lembaga
pendidikan dan mengelola pembelajaran. Abuddin Nata memberikan pengertian secara
khusus untuk sosiologi pendidikan dan keterkaitannya dengan islam. Ia
menyebutkan sosiologi pendidikan islam ialah: ilmu yang mempelajari
masalah-masalah pendidikan, seperti visi, misi, tujuan, kurikulum, bahan ajar,
proses belajar mengajar, mutu lulusan, guru, sarana prasarana, pengelolaan,
evaluasi, lingkungan dan sebagainya dengan pendekatan sosiologi yang didasarkan
pada nilai-nilai ajaran Islam.
Berbagai pengertian ilmu yang mempelajari masyarakat ini menunjukkan
bahwa ada banyak hal yang terkait dengan masyarakat dan bagaimana posisi pendidikan
dalam setiap perkembangannya. Ilmu-ilmu lain yang berhubungan dan saling
mendukung juga perlu dipelajari. Tidak hanya dari sisi teori, namun juga dalam
hal praksis di dunia pendidikan. Apa yang dihadapi secara nyata? Bagaimana fakta-fakta
yang terjadi, berbagai permasalahan dan jalan keluar yang dipilih? Semua ini
membutuhkan kepekaan dan keterbukaan dalam memandang serta menganalisis suatu
fenomena permasalahan.
Referensi:
Sukriadi Sambas. 2015. Sosiologi Komunikasi, CV.
Pustaka Setia. Bandung
Sudarja Adiwikarta. 2016. Sosiologi Pendidikan, Analisis Sosiologi Tentang
Praksis Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung
Abuddin Nata, 2014. Sosiologi Pendidikan Islam. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
sumber gambar: http://www.songsforteaching.com/diversitymulticulturalism.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar